Kamis, 08 Mei 2008

Senin, 28 April 2008

ilmu

Ilmu merupakan fenomena menarik dalam kehidupan manusia, sebab ilmu lah yang secara prinsip dapat membedakan antara makluk tingkat rendah dengan makluk tingkat tinggi, yaitu manusia. Ilmu menjadi furqan, pembeda kualitas antar makhluk, bahkan kualitas antar manusia sendiri. Persoalan aktual dan faktual yang dihadapi adalah ilmu manusia terhenti pada pemahaman atas gejala konkret-empirik dan terbatas pada hasil pemahaman indera, naluri dan rasionalitas semata-mata. Definisi ilmiah yang terhenti pada kriteria persyaratan baku seperti: harus sistematik, terstruktur dengan runtut, diperlukan kejelasan metodelogi serta rasional, menunjukkan bahwa kebenaran hanya dianggap syah apabila ditemukan kriteria-kriteria tersebut. padahal kalau kita berpandangan bahwa ilmu adalah jalan penyingkapan menuju kebenaran, dan kebenaran tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara, tergantung tingkat realitas yang hendak kita singkapkan, maka definisi tersebut di atas harus dikritisi dan pasti memerlukan revisi.

padahal harus kita akui bahwa kalau ilmu memang dimaksudkan sebagai pembuka realitas. maka yang namanya realitas tidak hanya yang berupa benda, fenomena, fakta, data konkret empirik. banyak hal dalam kehidupan manusia yang merupakan realitas non-empirik bahkan meta-empirik. sehingga diperlukan cara pendekatan atau metode yang berbeda, dan tidak cukup hanya mengandalkan indera, naluri dan rasionalitas manusia semata-mata. apalagi pada dasarnya manusia juga memiliki potensi alat yang kalau dimanfaatkan secara optimal dapat memahami dan menyingkapkan kebenaran seluruh realitas. sebab pada galibnya, ilmu dapat berkembang atas dasar optimalisasi potensi kemanusiaan. ilmu empirik yang merupakan upaya manusia menyingkapkan realitas fisik dan biologis sekalipun, dapat berkembang karena optimalisasi indera, naluri dan rasio. padahal manusia masih memiliki potensi hati nurani dan imajinasi-instuisi yang kalau diberdayakan akan menjadi kekuatan luar biasa dalam memahami kebenaran tingkat human, dan transenden.

ಮೆಸೆಮ್-mesem

ADAT KORUPSI di INDONESIA

Sejak SD saya diberitahu oleh guru saya bahwa Indonesia adalah negera agrocultur. Waktu itu saya masih kesulitan untuk mengartikan kata yang sangat asing bagiku tersebut. Dan saya kira anak-anak seusia saya juga kesulitan memahami arti kata tersebut. Belakangan saya memahami bahwa masyarakat agrocultur adalah masyarakat yang berkebudayaan pada pertanian. Tidak heran jika indonesia di juluki seperti itu karena sumber daya alam yang sangat melimpah. Hektaran sawah, ladang, tegalan dan hutan membentang dari sabang sampai merauke. Sumber daya alam yang melimpah membuat penjajah rela melakukan perjalanan ribuan kilo hanya untuk mengeksploitasi negeri kita ini.

Sejak tahun 1945 tepatnya 17 Agustus Indonesia mengakhiri masa penjajahan dengan pembacaan teks proklamasi oleh sang proklamator. Ini berarati sudah 62 tahun lebih indonesia merdeka. Tapi bagiku sangat aneh, dengan begitu banyaknya sumberdaya alam seperti itu di tahun yang ke enam puluh dua ini kita masih dililit hutang triliunan rupiah. Bagaimana bisa? Ini tidak masuk akal bagi setiap ekonom manapun. Lalu kemana sawah, tegal, dan hutan yang ada selama ini. Aneh juga bahwa rakyat indonesia yang dibawah garis kemiskinan masih membludak tak terhitung.

Orang bilang ini karena dana negara banyak yang mengkorupsinya. Entah itu pejabat pemerintah atau siapa yang dimaksud saya tidak tahu. Masalahnya, di desa saya ada orang yang notabenenya tidak pejabat juga dituduh korupsi lantaran menggunakan uang pengajian ibu-ibu untuk kepentingan pribadinya. Orang itu dilaporkan kepolisi setempat dengan tuduhan korupsi. Tak lama kemudian polisi datang kerumahnya dengan membawa surat penangkapan. Wal hasil orang tersebut di penjara lantaran terbukti melakukan korupsi uang pengajian ibu-ibu di sana. Ini adalah cerita orang bawahan yang terjerat kasus korupsi yang akhirnya di hukum penjara.

Lalu bagaimana jika itu terjadi pada kaum atasan (pejabat pemerintah). Sejak tahun 1998, banyak kasus-kasus korupsi yang dipublikasikan dan menjadi makanan para penikmat media massa. Si anu menuduh di dia korupsi, begitu juga si dia menuduh di anu korupsi. Mereka saling tuding menganggap dirinya yang suci. Meskipun banyak kasus korupsi yang dipamerkan kemasyarakat tetapi tetap saja berakhir dengan penutupan kasus oleh para aparat. Sebagai rakyat kecil saya merasa bingung dengan situasi seperti ini. Jangan-jangan aparatnya juga terkena virus korupsi. Kalau benar-benar terjadi seperti itu maka tidak bisa saya bayangkan bagaimana indonesia akan terlepas dari jeratan korupsi. Padahal peringkat negara Indonesia dalam korupsi telah mencapai rangking tiga. Jangan-jangan pemerintah berniat mempertahankan peringkat tersebut.

Menanggapi situasi seperti itu rakyat kecil dengan dibantu oleh wakil dewan yang telah dipilihnya mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk tim pemberantas korupsi. Maka muncullah KPK (komite pemberantas korupsi) yang bertugas membasmi korupsi sampai akar-akarnya. Terakhir tim ini menemukan sinyal adanya dana BLBI yang dikorupsi. Saya masih bingung dengan kasus BLBI ini apa maksudnya? BLBI itu apa?. Dengan malu saya bertanya dengan bapak saya tentang kasus BLBI tersebut. Beliau menjelaskan kepada saya dengan gambaran yang mengerikan. Dimulai dari penjelasan setiap uang yang dikeluarkan oleh bank indonesia itu di jamin dengan emas seharga uang yang dikeluarkan tersebut. Emas tersebut di simpan oleh bank indonesia. Kemudian beliau memberi pertanyaan pada saya, bagaimana jika emas itu hilang? Bagaimana nilai mata uang negara kita?. Bagaimana dengan nasib perekonomian kita?. Saya hanya berdiam dan terkejut dengan kenyataan yang bapak saya lontarkan. Kemudian saya menjawab bahwa perekonomian kita akan terpuruk karena mata uang kita tidak ada artinya. Bapak hanya diam, seolah-olah membiarkan saya untuk berpikir lebih jauh dan menerima kenyataan tentang bangsa kita ini. Dari pergulatan hidup yang saya alami saya menyimpulkan bahwa jangan-jangan bangsa kita telah berubah julukan, dari agrocultur menjadi masyarakat korupcultur atau masyarakat yang berkebudayaan korupsi. Masalahnya sudah terbukti hampir semua masyarakat indonesia sangat dekat dengan korupsi kecuali mereka yang tidak mempunyai kesempatan untuk korupsi dan berhati bersih.

Minggu, 27 April 2008

TERIMAKASIH AYAHKU TERCINTA

Pagi itu cuaca sangat buruk, hujan yang turun sejak sore kemarin belum juga reda. Air selokan didepan rumah-rumah penduduk mulai meluap kejalan-jalan. Tak seorang pun keluar dari rumahnya. Apalagi guntur terdengar menyeramkan dengan kilatan-kilatan kamera alamnya. Biasanya dalam suasana seperti ini warga lebih memilih berdiam diri dirumah dari pada mengais rizki dengan pergi kesawah.

Warga disini kebanyakan adalah para petani, ada yang Cuma menjadi buruh ada juga yang menjadi tuan tanah. “ bu, bapak pergi dulu kesawah” pamit parman kepada istrinya. Parman adalah petani dengan sepetak tanah warisan dari orang tuanya. “hujan-hujan begini, pak?” kata istrinya yang terlihat mengkhawatirkan suaminya tersebut. “apa tidak sebaiknya hari ini tidak usah kesawah dulu pak?” tini menawarkan pilihan kepada suaminya tersebut. “bu, hujan turun dari kemarin sore. Kalau aku tidak kesawah, aku khawatir dengan padi kita yang sudah mulai menguning” jelas petani yang berperawakan tegap tersebut. “ lagian bagaimana, nasib si anton anak kita, jika kita sampai gagal panen musim ini, dia kan butuh biaya banyak untuk kuliahnya” imbuh parman. Tini pun tidak bisa mencegah suaminya pergi kesawah. Sebagai seorang istri dia hanya bisa menyarankan hal terbaik untuk suaminya.

Parman menembus tirai-tirai hujan dengan cangkul di pundak, sabit ditangan dan caping lebar anyaman bambu menempel di kepalanya. Gleerrrr..lagi-lagi guntur menggema di kampung tersebut. Di area yang lapang biasanya guntur lebih menjadi-jadi, apalagi di desa tersebut separuh lebih adalah area persawahan. Dengan langkah pasti parman berjalan ke sawah yang berjarak satu kilo dari rumahnya tersebut. Sesekali parman menerawang langit berharap hujan segera reda. Tapi harapan adalah harapan hujan terlihat tidak akan reda dengan cepat. Langit masih memangku jutaan liter air yang siap menyirami bumi.

betapa kagetnya parman ketika sampai ditanggul dekat sawahnya. ratusan hektar sawah yang dulunya terlihat menguning oleh padi seketika tidak terlihat lagi. Air hujan telah menyelimutinya, hanya terlihat beberapa pohon randu atau gempol yang menjadi batasan sawah dengan pemilik sertifikat yang berbeda. Parman hanya bisa berdiam diri melihat sawahnya tenggelam. Seketika dia duduk termenung dan terus memandangi ratusan hektar sawah yang lebih mirip dengan danau tersebut. Tubuhnya seakan membeku merenungi kekuasaan Sang Maha Kuasa. Dalam kesendiriannya tersebut parman menyadari betapa kecil dirinya, tanpa disadari air matanya mengalir dan menyatu dengan air hujan. “Tuhanku, maafkan lah aku dengan segala kelalaiannku selama ini, Engkaulah yang Maha Kuasa dengan segala kehendak-Mu” bisik petani tersebut dengan bibirnya yang mulai membiru.” Robbanaa dholamnaa anfusanaa, wa in lam tagfirlanaa wa tarhamnaa lana kuunanna minal khosirin” berkali-kali parman melafadzkan doa tersebut dengan merendahkan dirinya dalam palung kehinaan. Kilat dan guntur seakan menyambut pintu pertaubatan parman, glerr…sebuah kilat persis didepan parman. Dia terlempar tiga meter dari tempatnya semula, parman lemas tak berdaya dan akhirnya ruh telah keluar dari jasadnya. Parman telah meninggal.

Langit menyimpan air, hujan mulai reda, guntur dan kilat sudah tidak terlihat. Di jalanan parman tergeletak dengan muka dan badan bersih sehabis dimandikan oleh air hujan. Selang beberapa waktu seorang petani yang lain datang dan melihat jenazah parman. “tolong…tolong…tolong” teriak petani tersebut ke segala arah. Beberapa orang datang dan segera mengangkat tubuh parman menuju rumah yang berduka. “ bu..bu Tini, suaminya bu…” salah satu warga teriak-teriak di depan pintu rumah Tini. Tini sedang berada di dapur menyiapkan makan siang sang suami. Mendengar teriakan tersebut Tini spontan keluar ke teras dengan perasaan cemas. Melihat suaminya di bopong oleh beberapa warga tubuh Tini lemas. Segenap warga berdatangan kerumah tersebut. Cepat-cepat tubuh parman diletakkan di atas dipan. Seorang tetangga dengan telepon genggam segera menghubungi Anton anak semata wayang Parman dan Tini, yang sedang kuliah dikampusnya.” Ton cepat pulang sekarang, ada kabar tidak enak tentang ayahmu” kata oranng tersebut. “ ada apa kang?” tanya anton resah. “ sudahlah, pokoknya kamu pulang saja dulu kerumah” jawab orang tersebut yang langsung mematikan handphone nya.

Tak berapa lama anton telah datang, dia bingung dengan banyaknya orang yang berkumpul dirumahnya. Dengan langkah pelan pemuda itu menuju pintu rumahnya. Terlihat olehnya sebuah dipan dan membujur jasad bapaknya tersebut. Spontan Anton mengeluarkan air mata “bapak….” Katanya pelan sambil mendekati dipan. “sudahlah nak…ini sudah takdir ilahi…bahwa semua orang pasti mati” redam ustad Fadil kepada anton. “maafkan anakmu ini pak…” ucap anton pelan. “bapakmu pasti memaafkan kamu ton…” kata ustad tadi. Anton hanya bisa menangis mengingat jasa bapaknya terhadapnya dan sikap anton yang selama ini kurang menghargai pengorbanan bapaknya tersebut. “terimakasih atas semuanya pak…” bisiknya disamping jasad ayahnya yang tersenyum tersebut.

Senin, 24 Maret 2008

BARATISASI NAMA

Nama adalah amanat, begitu orang-orang tua bilang. Bagi orang jawa khususnya, biasanya mereka memilih nama anaknya untuk memperingati sesuatu, terkadang berkaitan dengan waktu, tempat dan peristiwa. Seperti pengalaman yang saya alami ketika melakukan assesment di sebuah desa korban bencana banjir pada awal februari lalu. Ketika itu saya melakukan pencarian data di sebuah sekolah dasar, tujuan saya adalah membagikan buku dan peralatan belajar yang lain bagi siswa disekolah tersebut. Untuk memperhangat suasana saya berkenalan dengan siswa-siswa disana. alangkah terkejutnya saya ketika berkenalan dengan salah satu dari mereka. Pasalnya meskipun orang desa yang masih ditemukan banyak orang buta huruf disana, bocah perempuan ini begitu spesial bagiku lantaran namanya mencerminkan sebuah nama yang sering di temui di kota-kota besar. “siapa namanya dik?’ begitu saya bertanya padanya. “keren (baca caren)” jawab bocah itu lugu. Kemudian saya menyerahkan buku dan alat tulis kepadanya seperti yang saya kulakukan pada teman-temannya yang lain Nama keren begitu membuat penasaran saya dan berfikir bagaimana bisa anak di desa ini begitu ngotani.

Di lain kesempatan saya bertemu dengan salah satu warga dan berbincang-bincang dengannya. Dalam pertengahan perbincangan tersebut saya melihat keren berjalan menuju rumah tempat saya ngobrol. “lho niku putrane mbah” tanya saya kepada nenek yang saya ajak ngobrol tersebut. “ sinten? Oh keren. (baca biasa pake lugath jawa)” jawab nenek tersebut. “lho sanes caren tho?” ucapku penuh curiga. “lah nggeh mboten, niku namine keren putu kulo, dipun asmane keren amargi keren punika putra ragil” jelas nenek yang sudah memutih rambutnya itu. “oh jadi nama asli keren dan orang menyebutnya caren, ternyata orang-orang sini masih mencerminkan kedesaannya” batinku, dan terus melanjutkan obrolan kami.

Rabu, 12 Maret 2008

Sahur Puasa

Jam dinding telah menunjukkan setengah tiga malam, kebanyakan warga desa masih lelap tidur. Udara malam yang dingin masih menyelimuti desa. Suara angin berdesir yang mengenai pohon bambu terdengar sangat jelas. Dari kejahuan terdengar suara sayup-sayup para pemuda masjid membangunkan warga desa untuk sahur "sahur…sahur, sahur…..sahur" dengan nada yang khas. aku yang masih tergeletak dikasur perlahan-lahan bangun dari tidurku karena terusik mendengar suara-suara tersebut yang semakin keras. Tanganku merayap mengambil jam kecil yang berada diatas meja samping kiri tempat tidurku. "haah… masih setengah tiga" gumamku yang kemudian melanjutkan tidurnya karena masih ngantuk. Tetapi beberapa saat kemudian ibu yang dari tadi menyiapkan makan sahur didapur masuk kekamarku. Dengan suara lembutnya ibu membangunkanku "dim..ayo bangun sudah jam tiga, katanya besok mau puasa, cepat nanti keburu imsak lho!". Mendengar kata imsak, seketika aku langsung bangun karena takut ketinggalan sahur, kata guru ngajiku kalo sudah imsak berarti kita tidak boleh makan dan minum lagi. " ayo cuci muka dan tangan dulu, habis itu kemeja makan, sudah ditunggu bapak disana" lanjut ibu.

Setelah cuci muka dan tangan aku buru-buru kemeja makan disana bapak dan ibu sudah menungguku untuk makan sahur bersama. Pertama kali yang aku sentuh adalah gelas yang berisikan air susu hangat. "eh… baca bismillah dan niat puasa dulu?" kata bapak menghentikanku. Bapak, ibu, dan aku membaca bismillah kemudian bapak memimpin membaca doa berpuasa. Setelah itu aku langsung minum susu yang telah aku pegang. "pak..besok Dimas mau puasa zdhuhur ya?" tawarku manja kepada bapak dan ibu. Bapak dan ibu menganggukkan kepala sambil tersenyum. "iya…kalau kamu belum kuat puasa sehari penuh, kamu bisa puasa setengah hari" ungkap ibu dengan wajah berseri melihat aku bersemangat untuk puasa meskipun setengah hari. Umurku memang masih enam tahun, jadi sebenarnya aku belum mendapatkan kewajiban untuk puasa, orang baru mendapatkan kewajiban berpuasa itu setelah dia baligh atau cukup umur seperti itulah pelajaran yang aku dapatkan dari guru ngajiku di TPA masjid desaku. Sebenarnya puasa itu berawal dari waktu imsak yaitu beberapa menit sebelum adzan subuh sampai terbenamnya matahari. Di dalam waktu tersebut kita dilarangan untuk makan dan minum. Tapi bagi anak-anak yang belum cukup umur atau baligh, bisa ikut puasa seharian penuh atau setengah hari saja yaitu ketika waktu zduhur buka setelah itu puasa kembali hingga azdan magrib berkumandang. Kata bapak kalau kita berpuasa sebenarnya melatih kita untuk bersabar, kita tidak boleh mengumpat, berkata jorok dan menyakiti teman.

Makan sahur telah selesai masih ada sisa waktu menjelang imsak. Aku tidak ingin lemas siang harinya, makanya aku minum air putih yang banyak. Guruku disekolah pernah berkata bahwa minum air putih yang banyak akan menjaga badan kita tidak lemas dan sehat. Dari kejahuan sayup-sayup takmir masjid memberiktahukan imsak telah tiba itu artinya aku tidak boleh makan dan minum serta melakukan perbuatan yang bisa membatalkan puasa. Aku pergi kekamar mandi untuk gosok gigi supaya tidak ada makanan yang terselip digigiku yang bisa membatalkan puasaku nanti. Tidak lama kemudian azdan subuh terdengar, bapak mengajakku shalat jama'ah dimasjid. Selesai shalat jama'ah ada kultum dari petugas yang telah dijadwal. Aku tidak begitu memperhatikan isi kultumnya karena rasa ngantuk telah menyerangku. Dalam dekapan bapakku akhirnya aku tertidur lelap, entah apa yang dikatakan penceramah tadi. Aku hanya bisa berdoa semoga ceramah tadi bisa bermanfaat bagi banyak orang termasuk aku yang tertidur. Amin..

Ya Rasulallah

Ku ingin mendengar

Meskipun sebentar

Suaramu yang merdu menawan

Setelah sekian lama

Telingaku hanya menangkap kerisauan

Ya Nabi

Salam untukmu

Dengan segala cahyamu

Rembulan begitu enak dipandang

Pohon-pohon menari

berebut sinar matahari

ya nabi

salam untukmu

dengan segala cahyamu

rembulan dan matahari

masih bersinar hingga kini

Oh Muhammadku

Kerinduan yang kutanggung

Bukan sebesar biji jagung

Debar hati ingin bertemu

Reda dengan ingat nasehatmu

Tapi lihat umatmu

Qur'an dan Sabdamu

Yang ku puja selama ini

Dijadikan pemanis janji murahan para petinggi

Oh muhammadku

Maafkan aku

Tak tahan aku menahan tangisku

Seandainya Nabi Muhammad Lahir di Jawa

Lebih dari empat belas abad yang lalu lahir seorang yang mempunyai pengaruh terbesar sepanjang zaman. Kelahirannya ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang fenomenal. Dari adanya perang gajah yang terjadi di makkah sampai api keabadian orang majusi redup bahkan singgasana kisra (raja persi) terbelah. Setidaknya itulah beberapa peristiwa yang terekam dalam kitab burdah karangan imam busyri. Tapi bagaimana dengan jawa, sumatera, Kalimantan, sulawesi dan papua serta ditempat-tempat lain adakah peristiwa yang begitu fenomenal untuk menandai kelahiran sang agung nabi akhir zaman tersebut. Selama ini belum pernah terkupas mengenai hal tersebut.

Perjuangan beliau yang begitu gigih dalam menyebarkan ketauhidan membuat cerita yang juga begitu dahsyat. Dan bahkan bisa menjadi dongeng yang indah untuk zaman sekarang. Kerukunan yang begitu kental antara orang nasrani dengan orang islam sangat dibanggakan sebagai Negara madani. Non muslim begitu aman dan tentram dibalik lindungan penguasa islam diwaktu itu.

Karena keberhasilan ini, membuat orang-orang berbondong-bondong untuk meniru dan menerapkan system yang ada sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing. Maka tidak heran jika banyak yang ngotot untuk menerapkan syari'at atau hukum-hukum islam diwilayah yang mayoritas beragama islam. Ada juga yang islamnya minoritas diwilayah tersebut dan karena keinginannya untuk menerapkan syari'at islam terasa sulit sehingga mereka mengadakan pemberontakan secara sembunyi-sembunyi bahkan ada yang terang-terangan.

Pen_copy_an dan pen_paste_an adat istiadat arab pun terjadi secara besar-besaran. Dari cara berpakaian, berbahasa, bahkan budaya arab mereka mereka mengkopinya dan mem_ paste_kannya habis-habisan. Sehingga yang terjadi islam identik dengan pakaian arab, islam identik dengan sorban, khamis (baju kurung), islam identik dengan berbahasa arab, islam identik dengan memelihara jenggot panjang. Pokoknya yang namanya Islam itu identik dengan yang berbau kearab-araban.

Tidak jarang kebudayaan-kebudayaan daerah masing-masing pemeluk agama islam tergusur. Seperti halnya orang islam jawa lebih suka memakai khamis dibanding memakai baju batik. Orang islam jawa lebih menyukai memakai sorban atau kopiah yang bermotif arab dibanding memakai blankon. Orang islam jawa lebih menyukai memakai bahasa arab ketimbang menggunakan bahasa krama inggil. Mereka lebih asyik menggunakan kata antum, ahwat, ihwan untuk mengekspresikan keislaman mereka. Mereka menganganggap bahwa islam yaitu bersikap kearab-araban.

Karena al-qur'an berbahasa arab maka bahasa arab dianggap sebagai bahasa surga. Bahasa arab adalah bahasa satu-satunya yang dipakai para malaikat dan Tuhannya. Malaikat yang bertugas dalam kubur selalu menggunakan ma robbuka setiap menanyai si mayit didalam kubur bukannya sopo pengeranmu (siapa Tuhannmu). Bahasa persatuan disurga adalah bahasa arab.

Bukankah bahasa arab yang sarat akan seni dipakai dalam al-qur'an hanya sebatas sebagai mukjizat untuk mengalahkan para penyair-penyair arab yang kebetulan saat itu sair adalah kebanggaan bangsa arab. Lalu mengapa umat islam dinegara kita larut terbawa arus aribisasi? Dari a samapi z selalu berbau arab.

Dengan adanya ini semua, maka secara tidak sengaja setelah kita dijajah selama ratusan tahun oleh bangsa belanda serta jepang karena ingin mengeksploitasi kekayaan orang Indonesia giliran kita menjajahkan diri kepada bangsa arab. Memang bukan kekayaan alam yang kita jajahkan tetapi kekayaan budaya, kekayaan adat istiadat. Dan kita menyambutnya dengan penuh gembira dan bangga. Dengan islam sebagai tameng. Kita mohon perlindungan Allah atas itu semua (na'uzdubillahi min dalik).

Seandainya saja nabi agung pungkasaning zaman (akhir zaman) dilahirkan dan dibesarkan di jawa. Apakah yang akan terjadi? Apakah islam adalah orang yang berblankon. Islam adalah orang yang memakai baju batik. Dan tentu saja al-qur'an bukannya berbahasa arab tapi akan berbahasa jawa dengan tulisan khas jawa. Bahasa persatuan surga adalah bahasa jawa, bahasa para malaikat dan Tuhannya adalah bahasa jawa. Orang-orang islam akan bangga menggunakan krama inggil dibanding bahasa lain. Malaikat yang bertugas dalam kubur menanyai si mayit dengan berkata "sopo pengeranmu?" bukan man robbuka.

Bukankah Nabi Muhammad dilahirkan untuk merahmati alam semua. Beliau diutus bukan dalam rangka menjajah tetapi dalam rangka memperbaiki dan menyampaikan tentang tauhid. Bukannya mengkampanyekan bangsa arab sebagai bangsa yang paling hebat. Intinya adalah ajaran beliau, software yang ingin diinstalkan kepada setiap manusia, bukannya hardware (adat dan budaya arab) yang ditawarkan. Karena setiap wilayah mempunyai karakter berbeda maka dalam buku-buku kaidah fiqh disebutkan "adat/kebiasaan bisa dijadikan sebagai patokan hukum". Kalau begitu untuk apa kita membeli hardware jika sudah mempunyainya dan tentunya hardware kita lebih baik dan cocok untuk daerah kita. Yang kita butuhkan hanya ajarannya (softwarenya).

Ya Allah semoga bangsaku bebas dari belenggu penjajahan yang telah diciptakan bangsaku sendiri, wahai zdat yang memberi petunjuk, tunjukkanlah islam yang murni sebagai agama kami. Wahai zdat yang maha pengampun ampunilah dosa-dosa kami yang telah mengatasnamakan islam untuk kepentingan kami. Jadikanlah aku orang jawa yang diterima disurga dengan bahasa jawaku, tanyailah kami dalam kubur dengan bahasa ibu kami dan bahasa yang kami mengerti. Amin-amin ya robbal 'alamiin.

Ekstrakulikuler Media Pengembang Kreativitas

Ada dua kategori pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah dalam membekali peserta didiknya untuk mengembangkan potensi mereka. Pertama adalah pembelajaran formal, kategori pertama ini lebih terfokus kepada pembekalan siswa yang titik akhirnya adalah bisa mengerjakan Ujian Nasional. Pelajaran-pelajarannya pun telah ditentukan oleh pusat. Maka tidak jarang sekolahan yang memforsir otak siswa hanya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi musuh terberat para peserta didik, yaitu Ujian Nasional. Mengapa ujian nasional menjadi musuh karena sekali saja siswa tidak bisa melewati labirin ujian ini maka kesempatan siswa untuk melanjutkan kearah jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan tertutup. Setidaknya mereka harus menunggu setahun lagi untuk bertarung kembali atau mengikuti ujian paket yang telah disiapkan oleh pemerintah sebagai obat kecewa. Karena obat maka mesti ada efek samping yang ditimbulkan.

Kedua, yaitu pembelajaran nonformal, pembelajaran ini bertujuan untuk membekali siswa dalam penguasaan skill (ketrampilan siswa). Biasanya di sekolah-sekolah pembelajaran ini disebut sebagai kegiatan ekstrakulikuler. Dari namanya "ekstra" dapat diketahui bahwa mengikuti kegiatan ini dibebaskan. Artinya boleh mengikuti boleh tidak. Tapi tidak sedikit juga sekolah yang mewajibkan siswanya untuk mengikuti salah satu kegiatan ektrakulikuler yang telah ditentukan. Karena mereka (para guru) menganggap bahwa ini diperlukan siswa untuk mengarungi samudra kehidupan.

Pembelajaran yang kedua ini sebenarnya sudah diterapkan sebagai sekolah kejuruan. Mereka lebih mengacu kepada penguasaan skill para siswanya. Ada yang fokus dalam mesin seperti STM, ada yang fokus pada ekonomi, dan lain-lain. Tetapi dengan dijadikannya sebagai sekolah, maka siswa juga tidak dapat mengelak dari perang menghadapi ujian nasional. Mau tidak mau siswa dipaksa kembali untuk mengalahkan atau setidak-tidaknya bisa menerobos segerombolan awan putih (materi-materi ujian nasional) yang mengancam masa depan mereka. Ini berarti skill yang ditanamkan oleh sekolah ini, bisa mengalami kekerdilan dalam menumbuhkembangkan ketrampilan peserta didik karena adanya labirin tebal yang menghalangi bibit ini tumbuh dengan bebas, yaitu Ujian Nasional.

Kembali ke konsep awal kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan ini diperuntukkan untuk mengembangkan potensi siswa yang tidak dapat dikembangkan dalam kegiatan belajar formal. Karena potensi siswa itu berbeda-beda maka penentuan kegiatan ekstrakulikuler tentunya juga harus relevan dengan potensi siswa tersebut. Ini berarti sekolah tidak bisa menentukan kegiatan ekstrakulikuler bagi peserta didiknya. Mereka (sekolah) harus memberi kelonggaran para peserta didiknya untuk menentukan kegiatan ekstra mereka bukan memilih kegiatan ekstra yang telah ditentukan oleh pihak sekolah, yang penting adalah laporan siswa tentang kegiatan mereka. Dengan begitu siswa benar-benar diberi kepercayaan penuh untuk mengarungi samudra kehidupan mereka. Sekolah tinggal menyediakan fasilitas yang dibutuhkan siswa untuk berekspresi dalam menggali kreativitas mereka. Kalaupun sekolah tidak bisa menyediakan fasilitas bagi mereka maka siswa akan mencari sendiri fasilitas tersebut karena didasari rasa senang terhadap apa yang mereka lakukan. Kembali lagi yang penting adalah laporan mereka tentang kegiatan yang mereka lakukan.

Dus dengan demikian dapat disimpulkan, perlukah kita mengikuti semua kegiatan ekstrakulikuler atau tidak? Jawabannya ada pada masing-masing individu. Seberapa besar mereka ingin mengembangkan kreativitas mereka. Seberapa besar mereka ingin menggali potensi yang mereka punyai. Dan seberapa butuh mereka dengan kegiatan tersebut.

BELAJAR ITU BERDIMENSI

Anto pelajar kelas satu MTs, berkesulitan mengerjakan soal ulangan matematika yang sedang dihadapinya. Kepalanya menengok kanan dan kiri seperti ingin mencari bantuan temannya. Guru yang menjaga ulangan itu rupanya melihat tingkah Anto, langsung saja guru itu menegur" ayo anto kerjakan sendiri" tutur gurunya. Anto pun langsung menghentikan sikap pro aktifnya itu. Keringat dingin mulai mengalir dari pelipis kirinya. Anto benar-benar kesulitan mengerjakan soal ulangan matematikanya. begitu guru memberi instruksi untuk mengumpulkan pekerjaan mereka keringat anto semakin menjadi-jadi derasnya. Hanya dua soal yang dia kerjakan dari sepuluh soal yang diberikan, anto pun tidak yakin akan kedua jawaban yang dia coretkan pada kertas ulangannya itu. Tapi apa mau dikata, Anto memang berkesulitan belajar matematika, dia pasrah dengan pelajaran yang satu ini.

Lain anto lain dengan bisri, siswa yang satu ini memang hebat dengan pelajaran yang satu ini, terbukti nilai harian bisri selalu bagus dan menjadi master of matematika di kelasnya kata teman-temannya, maka tidak heran dalam ulangan ini peserta ulangan selalu memandangi Bisri, siapa tahu dia memperhatikan pandangan mereka, ini berarti ada kesempatan untuk bertanya jawaban dari ulangan matematika tersebut. Tidak terkecuali anto. Bisri selesai lebih awal, dan keluar dari kelas setelah mengumpulkan semua soal ulangan beserta jawabannya yang sudah dipastikan sembilan puluh sembilan benar dan memperoleh nilai tertinggi pada ulangan matematika hari ini. Anto dan teman sekelasnya kembali konsentrasi sendiri-sendiri dengan ulangan masing-masing.

Sehabis ulangan matematika jadwal pelajaran berikutnya adalah olahraga. Pak Heru, guru olah raga di mts itu sudah siap dengan baju olah raganya lengkap dengan stopwatch dan peluitnya. Para siswa kelas satu a pun segera berdatangan kelapangan basket. Mereka berbaris dan berhitung setelah disiapkan oleh pak heru. "Baik anak-anak kita pemanasan dulu setelah itu kita masuk materi kita hari ini yaitu memasukkan bola basket ke ring basket. Oke pemanasan akan dipimpin oleh Anto" Penjelasan guru olahraga tersebut.

Anto memang terkenal berbakat dalam olah raga. Dia pernah memenangkan lomba badminton pada saat classmeeting disekolah tersebut. Tidak hanya badminton, anto juga lihai dalam bermain basket bahkan hampir segala olah raga dia adalah masternya. Jika bisri mendapat julukan master of matematika dari teman-temannya maka anto mendapat gelar doctor of the sport dari teman-temannya juga.

Materi memasukkan bola basket ke ring sudah dimulai. Anto berhasil memasukkan bola kering sejumlah kesempatan yang telah diberikan. Tapi lihat bisri hanya memasukkan tiga bola dari sepuluh kesempatan yang diberikan kepadanya. Anto kembali menjadi top score dalam sesi ini. Dia menjadi the doctor untuk materi ini.

Sekarang pertanyaan bagi kita siapakah yang paling hebat? Anto atau Bisri? Anto tidak paham sama sekali dengan matematika dan seketika teman-temannya mengabaikannya dalam ulangan matematika itu. Tetapi seketika pula teman-temannya mengelu-elukan kefasihan Anto dalam olah raganya. Sedang bisri menjadi actor penting dalam ulangan matematika tersebut, seketika keluar kelas dan berganti dengan baju olah raga maka tidak terlihat teman-temanya memperhatikannya, mereka lebih tertarik melihat penampilan Anto dalam bermain badminton atau bola basket.

Dari cerita diatas kita telah belajar bahwa belajar itu berdimensi baik ruang maupun waktu. orang kita pandang hebat dalam ruangan tertentu, dan dalam ruangan yang lain kita menjatuhkan pilahan terhebat untuk orang lain.

Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman, ini adalah pendapat Morgan dalam arti belajar. Didepan kita telah terbang dan mencari pengalaman untuk memahami kata hebat. Maka bayangkan saja kita menjadi bagian dari kelas itu, kita bukanlah anto maupun bisri tetapi kita adalah siswa yang belajar dalam memahami kata hebat. Kita dapati bisri adalah orang hebat, setelah keluar dari ruangan kelas dan menuju lapangan basket maka kita menemukan Anto lah orang hebat tersebut.

Sebagai pendidik kita juga harus memahami akan konsep ini, bahwa belajar itu berdimensi. Maka kita akan mengetahui dan memahami dan bisa memberikan apa yang dibutuhkan siswa. Dalam ruangan satu dan ruangan yang lain tentunya beda yang dibutuhkan dan yang menarik bagi peserta didik. Jika guru hanya menganut paradigma linier guru aktif dalam proses pembelajaran, seperti yang kebanyakan berlaku didalam dunia pendidikan kita maka jangan heran jika siswa sangat takut untuk sekolah, mereka lebih memilih bolos sekolah karena mereka menganggap guru mereka tidak memahami apa yang dibutuhkan oleh siswanya. Maka seyogyanya seorang guru maupun pendamping belajar untuk siswa memahami paradigma-paradigma dalam pembelajaran dari paradigma linier guru aktif sampai paradigma dialogis guru dan siswa aktive, dan jangan mengabaikan dimensi dalam proses pembelajaran.

Senin, 10 Maret 2008

TETAP BELAJAR DALAM LIBURAN

(surat untuk para pengajar)

Dewasa ini, sebagaimana ditegaskan UNESCO dalam Konverensi Tahunan di Melbourne, setidaknya ada empat pilar dalam pembelajaran, yakni pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama.

Selama di sekolah para siswa belajar keempat hal tersebut dengan bantuan guru. Para guru menyusun strategi pembelajaran salah satunya dengan menciptakan metode-metode pembelajaran yang memudahkan muridnya untuk menerima kecakapan-kecakapan diatas. Dan evaluasi ataupun tes semesteran dilaksanakan untuk mengetahui keampuhan strategi yang diterapkan oleh para guru kepada siswa. Layaknya mesin setelah bekerja keras harus diistirahatkan beberapa waktu, hal ini dilakukan jika kita berharap agar mesin tetap stabil dan awet.

Akhirnya libur panjang semesteran tiba. Para siswa mempersiapkan beragam acara dan rencana. Orang tua ataupun wali siswa ada yang turut mempersiapkan liburan untuk refresing anak-anak mereka. Dan tidak jarang juga siswa yang masak bodoh dengan liburan semesteran. Tetapi apakah kita terus berhenti mengasah kemampuan kita untuk mengetahui sesuatu hal yang baru, melatih ketrampilan, meningkatkan kemandirian dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama ketika libur semesteran tiba?.

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman dan latihan yang didapat karena interaksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan telah mengalami peristiwa belajar jika ia mengalami perubahan dalam dirinya. Belajar tidak hanya mencakup aspek intelektual saja, melainkan melibatkan seluruh kepribadian, yakni mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari definisi belajar tersebut secara tidak sadar setiap siswa terus menerus belajar sepanjang hayat. Tidak pandang apakah liburan ada atau tidak, siswa tetap belajar.

Liburan semesteran sebenarnya adalah saat yang tepat untuk merefleksikan ilmu yang telah mereka dapatkan di bangku sekolah. bahkan dengan libur sekolah siswa dapat menemukan hal yang baru yang tidak terduga oleh para pengajar. Kalau begitu tinggal bagaimana para pengajar mengolah materi yang didapatkan oleh siswa dalam libur panjang mereka dan menyajikannya sebagai sebuah pelajaran yang menyenangkan.

Empat pilar pembelajaran

Ke-empat pilar pembelajaran yang telah ditetapkan oleh UNESCO, merupakan bentuk kepedulian dunia terhadap perkembangan peserta didik. Pada hakikatnya mereka (siswa) dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang distandarkan oleh badan PBB tersebut tanpa harus masuk sekolah. sekolah hanyalah lembaga formal yang diberi mandat secara resmi dalam mengolah dan meningkatkan kemampuan siswa dalam ke-empat hal tersebut. Maka bukan menjadi alasan jika libur sekolah adalah detik-detik bagi siswa untuk berhenti mengoptimalkan kemampuan dan mengekspresikan diri. Justru dengan adanya libur sekolah maka kebebasan berekspresi dan pengoptimalan kemampuan baru dimulai, setelah mengenyam teori-teori yang telah dipaparkan oleh bapak dan ibu guru.

Ketika libur sekolah telah habis dan para siswa harus masuk sekolah lagi, mereka dapat bercerita atau share dengan apa yang telah mereka dapatkan dihari liburan. Alangkah bijaknya jika guru meluangkan waktu untuk mendengar cerita mereka bersama. Dengan begitu empat pilar yang ditetapkan oleh UNESCO tidak akan sia-sia. Karena metode tersebut sudah mencerminkan dari belajar tentang pengetahuan, kemandirian, ketrampilan dan penyesuaian diri, dan ini adalah belajar yang sesungguhnya. Pengalaman adalah guru yang paling baik, setidaknya itulah kata pepatah lama. Manusia tanpa pengalaman adalah hampa. Dan pengalaman tanpa dibagi adalah buah pohon yang tidak bisa dimakan.

SBI PENGEJAWANTAHAN GLOBALISASI SEKOLAH

Alokasi dana pendidikan di indonesia yang tinggi pada akhir-akhir ini diharapkan bisa mendongkrak kualitas pendidikan dinegara kita yang konon jauh tertinggal dibanding dengan negara-negara seumuran indonesia. Entah apa yang menjadi standarisasi dari tingginya mutu pendidikan di indonesia?. Sehingga negara kita dikatakan terbelakang. Toh tidak sedikit profesor, doktor bahkan ilmuwan yang berkewarganegaraan indonesia.

Nilai selalu menjadi kambing hitam dalam penerapan standar pendidikan yang berkualitas tinggi. Kemudian timbul sebuah stigma bahwa sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa menghasilkan lulusan yang banyak dengan standar nilai yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan. Dari stigma ini maka banyak sekolah-sekolah yang membangun fasilitas sekolah yang mewah. Bahkan ada juga sekolah yang membuat woro-woro dengan membuat Sekolah Berbasis Internasional (SBI) dengan dilengkapi fasilitas yang wah. Anehnya meskipun dana yang dialokasikan pemerintah untuk pendidikan begitu tinggi tetapi biaya yang harus ditanggung oleh siswa juga masih tinggi.

Untung ruginya SBI

Tidak dipungkiri dengan didirikannya SBI banyak siswa yang begitu menguasai materi yang diajarkan oleh guru mereka. Buktinya nilai yang mereka dapat dalam ujian akhir lebih tinggi dibanding sekolah yang tidak berlebel SBI. Tidak tanggung-tanggung sekolah ini merekrut tenaga pengajar dari luar negeri karena adanya anggapan pendidikan di indonesia masih rendah maka tentunya produk (guru) yang dihasilkan jugu tidak mumpuni. Selain itu perekrutan tenaga pengajar imporan ini menjadikan mudah para lulusan untuk melanjutkan sekolah diluar negeri karena pihak sekolah membangun jaringan dengan sekolah luar negeri. Imbas dari tenaga kerja import ini adalah bahasa yang digunakan dalam sekolah ini adalah bahasa inggris sebagai bahasa internasional. Ini adalah globalisasi pendidikan di indonesia.

Dipihak lain kalau kita telaah lebih jauh, tidak sedikit kerugian yang diciptakan. Kerugian Ini memang tidak begitu tampak. Memang betul siswa mengusai materi yang diberikan oleh para guru mereka tetapi mereka tidak bisa menggunakan apa yang didapat itu pada kehidupan sehari-hari. Kenapa? Karena tutor yang ditampilkan adalah dari luar negeri yang mempunyai adat kebiasaan yang berbeda dengan masyarakat indonesia. Selain itu, sepertinya kita juga perlu memandang lebih jauh berapa banyak pengangguran yang dipunyai oleh negara indonesia. Mereka bukan hanya para warga yang tidak terdidik tetapi banyak juga para sarjana yang mempunyai kapabilitas diatas rata-rata orang indonesia. Tetapi situasi berkata lain. Para pengangguran di indonesia ini harus berjuang keras bersaing dengan tenaga kerja imporan yang notabenenya mempunyai kapasitas yang lebih dibanding dengan tenaga kerja indonesia. Wal hasil warga indonesia hanya sebagai kuli di negerinya sendiri, karena kuli adalah lapangan pekerjaan yang masih lowong di seantero nusantara ini.

Belum lagi dengan adanya wajib berbahasa inggris di sekolah, ini menjadikan ideologi indonesia serasa di injak-injak. Bagaimana tidak? Mereka lebih mengedepankan bahasa orang lain dibanding dengan bahasa indonesia yang menjadi bahasa resmi serta bahasa persatuan tanah air ini. Artinya kedaulatan indonesia tidak terasa semakin lama mengalami abrasi dan akhirnya akan musnah kedaulatan ini jika tidak ditampilkan sebuah alternatif pemecahan masalahnya.

Kerugian lain yang ditimbulkan dari menjamurnya SBI di indonesia adalah memperlebar jurang pemisah antara si miskin dan si kaya. SBI adalah sekolah yang mahal karena berfasilitas serba wah. Mahal adalah konsumsi orang-orang kaya. Maka tidak salah jika ada anggapan bahwa sekolah yang berlabel SBI adalah sekolah orang kaya. Orang miskin tidak mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan disekolah dengan fasilitas yang memadai.

Dengan memperhitungkan untung ruginya pendirian SBI di indonesia, haruskah kita teruskan pembangunan SBI di indonesia? Setidaknya itulah pertanyaan besar yang menjadi PR kita sebagai bangsa yang beradab.