Senin, 10 Maret 2008

TETAP BELAJAR DALAM LIBURAN

(surat untuk para pengajar)

Dewasa ini, sebagaimana ditegaskan UNESCO dalam Konverensi Tahunan di Melbourne, setidaknya ada empat pilar dalam pembelajaran, yakni pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama.

Selama di sekolah para siswa belajar keempat hal tersebut dengan bantuan guru. Para guru menyusun strategi pembelajaran salah satunya dengan menciptakan metode-metode pembelajaran yang memudahkan muridnya untuk menerima kecakapan-kecakapan diatas. Dan evaluasi ataupun tes semesteran dilaksanakan untuk mengetahui keampuhan strategi yang diterapkan oleh para guru kepada siswa. Layaknya mesin setelah bekerja keras harus diistirahatkan beberapa waktu, hal ini dilakukan jika kita berharap agar mesin tetap stabil dan awet.

Akhirnya libur panjang semesteran tiba. Para siswa mempersiapkan beragam acara dan rencana. Orang tua ataupun wali siswa ada yang turut mempersiapkan liburan untuk refresing anak-anak mereka. Dan tidak jarang juga siswa yang masak bodoh dengan liburan semesteran. Tetapi apakah kita terus berhenti mengasah kemampuan kita untuk mengetahui sesuatu hal yang baru, melatih ketrampilan, meningkatkan kemandirian dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama ketika libur semesteran tiba?.

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman dan latihan yang didapat karena interaksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan telah mengalami peristiwa belajar jika ia mengalami perubahan dalam dirinya. Belajar tidak hanya mencakup aspek intelektual saja, melainkan melibatkan seluruh kepribadian, yakni mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari definisi belajar tersebut secara tidak sadar setiap siswa terus menerus belajar sepanjang hayat. Tidak pandang apakah liburan ada atau tidak, siswa tetap belajar.

Liburan semesteran sebenarnya adalah saat yang tepat untuk merefleksikan ilmu yang telah mereka dapatkan di bangku sekolah. bahkan dengan libur sekolah siswa dapat menemukan hal yang baru yang tidak terduga oleh para pengajar. Kalau begitu tinggal bagaimana para pengajar mengolah materi yang didapatkan oleh siswa dalam libur panjang mereka dan menyajikannya sebagai sebuah pelajaran yang menyenangkan.

Empat pilar pembelajaran

Ke-empat pilar pembelajaran yang telah ditetapkan oleh UNESCO, merupakan bentuk kepedulian dunia terhadap perkembangan peserta didik. Pada hakikatnya mereka (siswa) dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang distandarkan oleh badan PBB tersebut tanpa harus masuk sekolah. sekolah hanyalah lembaga formal yang diberi mandat secara resmi dalam mengolah dan meningkatkan kemampuan siswa dalam ke-empat hal tersebut. Maka bukan menjadi alasan jika libur sekolah adalah detik-detik bagi siswa untuk berhenti mengoptimalkan kemampuan dan mengekspresikan diri. Justru dengan adanya libur sekolah maka kebebasan berekspresi dan pengoptimalan kemampuan baru dimulai, setelah mengenyam teori-teori yang telah dipaparkan oleh bapak dan ibu guru.

Ketika libur sekolah telah habis dan para siswa harus masuk sekolah lagi, mereka dapat bercerita atau share dengan apa yang telah mereka dapatkan dihari liburan. Alangkah bijaknya jika guru meluangkan waktu untuk mendengar cerita mereka bersama. Dengan begitu empat pilar yang ditetapkan oleh UNESCO tidak akan sia-sia. Karena metode tersebut sudah mencerminkan dari belajar tentang pengetahuan, kemandirian, ketrampilan dan penyesuaian diri, dan ini adalah belajar yang sesungguhnya. Pengalaman adalah guru yang paling baik, setidaknya itulah kata pepatah lama. Manusia tanpa pengalaman adalah hampa. Dan pengalaman tanpa dibagi adalah buah pohon yang tidak bisa dimakan.

Tidak ada komentar: