Rabu, 12 Maret 2008

Seandainya Nabi Muhammad Lahir di Jawa

Lebih dari empat belas abad yang lalu lahir seorang yang mempunyai pengaruh terbesar sepanjang zaman. Kelahirannya ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang fenomenal. Dari adanya perang gajah yang terjadi di makkah sampai api keabadian orang majusi redup bahkan singgasana kisra (raja persi) terbelah. Setidaknya itulah beberapa peristiwa yang terekam dalam kitab burdah karangan imam busyri. Tapi bagaimana dengan jawa, sumatera, Kalimantan, sulawesi dan papua serta ditempat-tempat lain adakah peristiwa yang begitu fenomenal untuk menandai kelahiran sang agung nabi akhir zaman tersebut. Selama ini belum pernah terkupas mengenai hal tersebut.

Perjuangan beliau yang begitu gigih dalam menyebarkan ketauhidan membuat cerita yang juga begitu dahsyat. Dan bahkan bisa menjadi dongeng yang indah untuk zaman sekarang. Kerukunan yang begitu kental antara orang nasrani dengan orang islam sangat dibanggakan sebagai Negara madani. Non muslim begitu aman dan tentram dibalik lindungan penguasa islam diwaktu itu.

Karena keberhasilan ini, membuat orang-orang berbondong-bondong untuk meniru dan menerapkan system yang ada sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing. Maka tidak heran jika banyak yang ngotot untuk menerapkan syari'at atau hukum-hukum islam diwilayah yang mayoritas beragama islam. Ada juga yang islamnya minoritas diwilayah tersebut dan karena keinginannya untuk menerapkan syari'at islam terasa sulit sehingga mereka mengadakan pemberontakan secara sembunyi-sembunyi bahkan ada yang terang-terangan.

Pen_copy_an dan pen_paste_an adat istiadat arab pun terjadi secara besar-besaran. Dari cara berpakaian, berbahasa, bahkan budaya arab mereka mereka mengkopinya dan mem_ paste_kannya habis-habisan. Sehingga yang terjadi islam identik dengan pakaian arab, islam identik dengan sorban, khamis (baju kurung), islam identik dengan berbahasa arab, islam identik dengan memelihara jenggot panjang. Pokoknya yang namanya Islam itu identik dengan yang berbau kearab-araban.

Tidak jarang kebudayaan-kebudayaan daerah masing-masing pemeluk agama islam tergusur. Seperti halnya orang islam jawa lebih suka memakai khamis dibanding memakai baju batik. Orang islam jawa lebih menyukai memakai sorban atau kopiah yang bermotif arab dibanding memakai blankon. Orang islam jawa lebih menyukai memakai bahasa arab ketimbang menggunakan bahasa krama inggil. Mereka lebih asyik menggunakan kata antum, ahwat, ihwan untuk mengekspresikan keislaman mereka. Mereka menganganggap bahwa islam yaitu bersikap kearab-araban.

Karena al-qur'an berbahasa arab maka bahasa arab dianggap sebagai bahasa surga. Bahasa arab adalah bahasa satu-satunya yang dipakai para malaikat dan Tuhannya. Malaikat yang bertugas dalam kubur selalu menggunakan ma robbuka setiap menanyai si mayit didalam kubur bukannya sopo pengeranmu (siapa Tuhannmu). Bahasa persatuan disurga adalah bahasa arab.

Bukankah bahasa arab yang sarat akan seni dipakai dalam al-qur'an hanya sebatas sebagai mukjizat untuk mengalahkan para penyair-penyair arab yang kebetulan saat itu sair adalah kebanggaan bangsa arab. Lalu mengapa umat islam dinegara kita larut terbawa arus aribisasi? Dari a samapi z selalu berbau arab.

Dengan adanya ini semua, maka secara tidak sengaja setelah kita dijajah selama ratusan tahun oleh bangsa belanda serta jepang karena ingin mengeksploitasi kekayaan orang Indonesia giliran kita menjajahkan diri kepada bangsa arab. Memang bukan kekayaan alam yang kita jajahkan tetapi kekayaan budaya, kekayaan adat istiadat. Dan kita menyambutnya dengan penuh gembira dan bangga. Dengan islam sebagai tameng. Kita mohon perlindungan Allah atas itu semua (na'uzdubillahi min dalik).

Seandainya saja nabi agung pungkasaning zaman (akhir zaman) dilahirkan dan dibesarkan di jawa. Apakah yang akan terjadi? Apakah islam adalah orang yang berblankon. Islam adalah orang yang memakai baju batik. Dan tentu saja al-qur'an bukannya berbahasa arab tapi akan berbahasa jawa dengan tulisan khas jawa. Bahasa persatuan surga adalah bahasa jawa, bahasa para malaikat dan Tuhannya adalah bahasa jawa. Orang-orang islam akan bangga menggunakan krama inggil dibanding bahasa lain. Malaikat yang bertugas dalam kubur menanyai si mayit dengan berkata "sopo pengeranmu?" bukan man robbuka.

Bukankah Nabi Muhammad dilahirkan untuk merahmati alam semua. Beliau diutus bukan dalam rangka menjajah tetapi dalam rangka memperbaiki dan menyampaikan tentang tauhid. Bukannya mengkampanyekan bangsa arab sebagai bangsa yang paling hebat. Intinya adalah ajaran beliau, software yang ingin diinstalkan kepada setiap manusia, bukannya hardware (adat dan budaya arab) yang ditawarkan. Karena setiap wilayah mempunyai karakter berbeda maka dalam buku-buku kaidah fiqh disebutkan "adat/kebiasaan bisa dijadikan sebagai patokan hukum". Kalau begitu untuk apa kita membeli hardware jika sudah mempunyainya dan tentunya hardware kita lebih baik dan cocok untuk daerah kita. Yang kita butuhkan hanya ajarannya (softwarenya).

Ya Allah semoga bangsaku bebas dari belenggu penjajahan yang telah diciptakan bangsaku sendiri, wahai zdat yang memberi petunjuk, tunjukkanlah islam yang murni sebagai agama kami. Wahai zdat yang maha pengampun ampunilah dosa-dosa kami yang telah mengatasnamakan islam untuk kepentingan kami. Jadikanlah aku orang jawa yang diterima disurga dengan bahasa jawaku, tanyailah kami dalam kubur dengan bahasa ibu kami dan bahasa yang kami mengerti. Amin-amin ya robbal 'alamiin.

Tidak ada komentar: