Rabu, 12 Maret 2008

Sahur Puasa

Jam dinding telah menunjukkan setengah tiga malam, kebanyakan warga desa masih lelap tidur. Udara malam yang dingin masih menyelimuti desa. Suara angin berdesir yang mengenai pohon bambu terdengar sangat jelas. Dari kejahuan terdengar suara sayup-sayup para pemuda masjid membangunkan warga desa untuk sahur "sahur…sahur, sahur…..sahur" dengan nada yang khas. aku yang masih tergeletak dikasur perlahan-lahan bangun dari tidurku karena terusik mendengar suara-suara tersebut yang semakin keras. Tanganku merayap mengambil jam kecil yang berada diatas meja samping kiri tempat tidurku. "haah… masih setengah tiga" gumamku yang kemudian melanjutkan tidurnya karena masih ngantuk. Tetapi beberapa saat kemudian ibu yang dari tadi menyiapkan makan sahur didapur masuk kekamarku. Dengan suara lembutnya ibu membangunkanku "dim..ayo bangun sudah jam tiga, katanya besok mau puasa, cepat nanti keburu imsak lho!". Mendengar kata imsak, seketika aku langsung bangun karena takut ketinggalan sahur, kata guru ngajiku kalo sudah imsak berarti kita tidak boleh makan dan minum lagi. " ayo cuci muka dan tangan dulu, habis itu kemeja makan, sudah ditunggu bapak disana" lanjut ibu.

Setelah cuci muka dan tangan aku buru-buru kemeja makan disana bapak dan ibu sudah menungguku untuk makan sahur bersama. Pertama kali yang aku sentuh adalah gelas yang berisikan air susu hangat. "eh… baca bismillah dan niat puasa dulu?" kata bapak menghentikanku. Bapak, ibu, dan aku membaca bismillah kemudian bapak memimpin membaca doa berpuasa. Setelah itu aku langsung minum susu yang telah aku pegang. "pak..besok Dimas mau puasa zdhuhur ya?" tawarku manja kepada bapak dan ibu. Bapak dan ibu menganggukkan kepala sambil tersenyum. "iya…kalau kamu belum kuat puasa sehari penuh, kamu bisa puasa setengah hari" ungkap ibu dengan wajah berseri melihat aku bersemangat untuk puasa meskipun setengah hari. Umurku memang masih enam tahun, jadi sebenarnya aku belum mendapatkan kewajiban untuk puasa, orang baru mendapatkan kewajiban berpuasa itu setelah dia baligh atau cukup umur seperti itulah pelajaran yang aku dapatkan dari guru ngajiku di TPA masjid desaku. Sebenarnya puasa itu berawal dari waktu imsak yaitu beberapa menit sebelum adzan subuh sampai terbenamnya matahari. Di dalam waktu tersebut kita dilarangan untuk makan dan minum. Tapi bagi anak-anak yang belum cukup umur atau baligh, bisa ikut puasa seharian penuh atau setengah hari saja yaitu ketika waktu zduhur buka setelah itu puasa kembali hingga azdan magrib berkumandang. Kata bapak kalau kita berpuasa sebenarnya melatih kita untuk bersabar, kita tidak boleh mengumpat, berkata jorok dan menyakiti teman.

Makan sahur telah selesai masih ada sisa waktu menjelang imsak. Aku tidak ingin lemas siang harinya, makanya aku minum air putih yang banyak. Guruku disekolah pernah berkata bahwa minum air putih yang banyak akan menjaga badan kita tidak lemas dan sehat. Dari kejahuan sayup-sayup takmir masjid memberiktahukan imsak telah tiba itu artinya aku tidak boleh makan dan minum serta melakukan perbuatan yang bisa membatalkan puasa. Aku pergi kekamar mandi untuk gosok gigi supaya tidak ada makanan yang terselip digigiku yang bisa membatalkan puasaku nanti. Tidak lama kemudian azdan subuh terdengar, bapak mengajakku shalat jama'ah dimasjid. Selesai shalat jama'ah ada kultum dari petugas yang telah dijadwal. Aku tidak begitu memperhatikan isi kultumnya karena rasa ngantuk telah menyerangku. Dalam dekapan bapakku akhirnya aku tertidur lelap, entah apa yang dikatakan penceramah tadi. Aku hanya bisa berdoa semoga ceramah tadi bisa bermanfaat bagi banyak orang termasuk aku yang tertidur. Amin..

Tidak ada komentar: