Rabu, 12 Maret 2008

BELAJAR ITU BERDIMENSI

Anto pelajar kelas satu MTs, berkesulitan mengerjakan soal ulangan matematika yang sedang dihadapinya. Kepalanya menengok kanan dan kiri seperti ingin mencari bantuan temannya. Guru yang menjaga ulangan itu rupanya melihat tingkah Anto, langsung saja guru itu menegur" ayo anto kerjakan sendiri" tutur gurunya. Anto pun langsung menghentikan sikap pro aktifnya itu. Keringat dingin mulai mengalir dari pelipis kirinya. Anto benar-benar kesulitan mengerjakan soal ulangan matematikanya. begitu guru memberi instruksi untuk mengumpulkan pekerjaan mereka keringat anto semakin menjadi-jadi derasnya. Hanya dua soal yang dia kerjakan dari sepuluh soal yang diberikan, anto pun tidak yakin akan kedua jawaban yang dia coretkan pada kertas ulangannya itu. Tapi apa mau dikata, Anto memang berkesulitan belajar matematika, dia pasrah dengan pelajaran yang satu ini.

Lain anto lain dengan bisri, siswa yang satu ini memang hebat dengan pelajaran yang satu ini, terbukti nilai harian bisri selalu bagus dan menjadi master of matematika di kelasnya kata teman-temannya, maka tidak heran dalam ulangan ini peserta ulangan selalu memandangi Bisri, siapa tahu dia memperhatikan pandangan mereka, ini berarti ada kesempatan untuk bertanya jawaban dari ulangan matematika tersebut. Tidak terkecuali anto. Bisri selesai lebih awal, dan keluar dari kelas setelah mengumpulkan semua soal ulangan beserta jawabannya yang sudah dipastikan sembilan puluh sembilan benar dan memperoleh nilai tertinggi pada ulangan matematika hari ini. Anto dan teman sekelasnya kembali konsentrasi sendiri-sendiri dengan ulangan masing-masing.

Sehabis ulangan matematika jadwal pelajaran berikutnya adalah olahraga. Pak Heru, guru olah raga di mts itu sudah siap dengan baju olah raganya lengkap dengan stopwatch dan peluitnya. Para siswa kelas satu a pun segera berdatangan kelapangan basket. Mereka berbaris dan berhitung setelah disiapkan oleh pak heru. "Baik anak-anak kita pemanasan dulu setelah itu kita masuk materi kita hari ini yaitu memasukkan bola basket ke ring basket. Oke pemanasan akan dipimpin oleh Anto" Penjelasan guru olahraga tersebut.

Anto memang terkenal berbakat dalam olah raga. Dia pernah memenangkan lomba badminton pada saat classmeeting disekolah tersebut. Tidak hanya badminton, anto juga lihai dalam bermain basket bahkan hampir segala olah raga dia adalah masternya. Jika bisri mendapat julukan master of matematika dari teman-temannya maka anto mendapat gelar doctor of the sport dari teman-temannya juga.

Materi memasukkan bola basket ke ring sudah dimulai. Anto berhasil memasukkan bola kering sejumlah kesempatan yang telah diberikan. Tapi lihat bisri hanya memasukkan tiga bola dari sepuluh kesempatan yang diberikan kepadanya. Anto kembali menjadi top score dalam sesi ini. Dia menjadi the doctor untuk materi ini.

Sekarang pertanyaan bagi kita siapakah yang paling hebat? Anto atau Bisri? Anto tidak paham sama sekali dengan matematika dan seketika teman-temannya mengabaikannya dalam ulangan matematika itu. Tetapi seketika pula teman-temannya mengelu-elukan kefasihan Anto dalam olah raganya. Sedang bisri menjadi actor penting dalam ulangan matematika tersebut, seketika keluar kelas dan berganti dengan baju olah raga maka tidak terlihat teman-temanya memperhatikannya, mereka lebih tertarik melihat penampilan Anto dalam bermain badminton atau bola basket.

Dari cerita diatas kita telah belajar bahwa belajar itu berdimensi baik ruang maupun waktu. orang kita pandang hebat dalam ruangan tertentu, dan dalam ruangan yang lain kita menjatuhkan pilahan terhebat untuk orang lain.

Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman, ini adalah pendapat Morgan dalam arti belajar. Didepan kita telah terbang dan mencari pengalaman untuk memahami kata hebat. Maka bayangkan saja kita menjadi bagian dari kelas itu, kita bukanlah anto maupun bisri tetapi kita adalah siswa yang belajar dalam memahami kata hebat. Kita dapati bisri adalah orang hebat, setelah keluar dari ruangan kelas dan menuju lapangan basket maka kita menemukan Anto lah orang hebat tersebut.

Sebagai pendidik kita juga harus memahami akan konsep ini, bahwa belajar itu berdimensi. Maka kita akan mengetahui dan memahami dan bisa memberikan apa yang dibutuhkan siswa. Dalam ruangan satu dan ruangan yang lain tentunya beda yang dibutuhkan dan yang menarik bagi peserta didik. Jika guru hanya menganut paradigma linier guru aktif dalam proses pembelajaran, seperti yang kebanyakan berlaku didalam dunia pendidikan kita maka jangan heran jika siswa sangat takut untuk sekolah, mereka lebih memilih bolos sekolah karena mereka menganggap guru mereka tidak memahami apa yang dibutuhkan oleh siswanya. Maka seyogyanya seorang guru maupun pendamping belajar untuk siswa memahami paradigma-paradigma dalam pembelajaran dari paradigma linier guru aktif sampai paradigma dialogis guru dan siswa aktive, dan jangan mengabaikan dimensi dalam proses pembelajaran.

Tidak ada komentar: